SEKOLAH PEDALANGAN WAYANG SASAK | Agar Kita Tak Hilang Jejak

Dari Lombok, Samethon Ampenan Dukung Indonesia Bebas Sampah 2020

wayangsasak      09 Mei 2016 | kliping


Coklatkita.com- Banyak cara bagi komunitas peduli sampah untuk mengajak masyarakat lebih sadar, seperti dengan pertunjukan seni. Tepatnya Minggu (21/2/16) di hari peduli sampah nasional, komunitas bernama Samethon Ampenan menggelar pertunjukan wayang kulit di pinggir sungai Jangkuk Kota Mataram.

Pertunjukan ini berjudul “Beriuk Jagaq Gumi Paer” yang artinya “Bersama Kita Jaga Bumi”. Penampil sendiri berasal dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, Sesela, Lombok Barat. Kegiatan ini ditujukan untuk merangkul warga di tepi sungai agar lebih peduli lingkungan dengan menjaga kebersihan, sekaligus juga mendukung gerakan Indonesia bebas sampah 2020.

wayang kulit lombok

"Ini merupakan gerakan bersama untuk menginisiasi publik dan mengajak masyarakat untuk mulai peduli pada lingkungan," tutunya Ketua Komunitas Semethon Ampenan Zia Helmi Senin (22/2/16) yang dilansir dari Kompas.com.

Tak hanya sekedar memberi hiburan, pementasan ini juga menginformasikan kondisi buruk Indonesia dengan banyaknya permasalahan sampah. Saat ini, 3,2 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahunnya. Jadi ada 4.400 ton sampah perhari yang disetor ke laut Indonesia Sobat Coklat.

Helmi menyayangkan masih minimnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah plastik. Ia berpendapat jika terus seperti ini, tahun 2020 tujuan Indonesia menjadi negara bebas sampah tidak akan bisa tercapai. Yang lebih buruk, adalah akan lebih banyak sampah di laut dibandingkan dengan ikan. “Inilah yang menambah semangat kami ingin mengajak publik, karena tidak mungkin kita bergerak sendiri. Semua pihak harus peduli," kata Helmi.

Ia percaya dengan cara menyampaikan hal penting ini melalui cara kesenian wayang seperti yang dilakukan leluhur kita bisa lebih berefek disamping himbauan resmi pemerintah.

Tak hanya wayang saja yang menjadi suguhan kesenian malam itu, ada juga pentas musik dari Ampenan Amsable. Pentas ini juga ikut menghibur para turis Lombok. Uniknya, perkusi yang dimainkan tersebut dibuat dari bahan sampah seperti botol plastik dan kaleng bekas rokok.

sungai di lombok

Sameton Ampenan (SAMPAN), begitulah kumpulan pemuda Kota Tua Ampenan, Mataram Lombok menamai dirinya. Mengusung tugas mulia yaitu menjaga kota tua dari segi lingkungan maupun keamanan. Jangan dikira kalau hanya pemuda asli Ampenan yang tergabung dalam komunitas ini. Dalam kelompok ini juga terdapat Warga Negara Asing (WNA) seperti Jerman, Slovania, Australia, Amerika, Perancis, Costarica. “Yang pasti mereka peduli dengan Ampenan, itu semeton (saudara) kami,” ujarnya Helmi.

Memulai berkegiatan tahun 2013 lalu. Kegiatan sosial seperti bakti sosial dan penghijauan di taman Jangkuk Side Walk di Ampenan. “Jadi semangat kami sederhana saja, ingin membuat orang kembali beraktivitas di sungai. Dengan itu kita akan mencintai sungai,” ujarnya.

Trash Wheel

Semua gerakan ini semata-mata dilandasi karena kecintaan dan rindu terhadap lingkungan yang asri di masa lalu. Kelompok ini juga rajin menyerukan kampanye untuk tidak membuang sampah ke sungai. “Kami sendiri awalnya tidak mengetahui dampak besar dari sampah yang dikirim ke laut, tetapi kami memulai pergerakan ini sejak 2013 lalu karena kami rindu kondisi sungai yang dulu, waktu kecil sungai asri dan kamu bisa berlibur di pinggir sungai,” ucapnya kepada Global Radio Fm januari lalu .

Kedepannya, Komunitas Samethon Ampenan ini merencana untuk mendatangkan trash wheel yang saat ini masih diproduksi secara terbatas di Amerika. Untuk menggalang dana 1,5 juta dollar, mereka akan menyelenggarakan Festival Musik Internasional. Hebat kan Sobat Coklat?

Sumber: sierraclub.org, thelombokguide.com | Foto: Facebook Samethon Ampenan

http://www.coklatkita.com/komunitas/dari-lombok-samethon-ampenan-dukung-indonesia-bebas-sampah-2020

Share to:

Twitter Facebook Google+ Stumbleupon LinkedIn
kliping | Pergelaran Karya Budaya Menumbuhkan Akar Kebudayaan dalam Diri

Di Negeri Hagia yang terkenal subur dan kaya raya, hiduplah dua kelompok penduduk, yakni kelompok merah dan kelompok hitam. Mereka hidup berdampingan rukun dan damai. Na ... baca

kliping | Teater Wayang Botol dan Pesan untuk Bersama-sama Menjaga Bumi

Simposium keenam Jaringan Taman Bumi Asia Pasifik (APGN) 2019 yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat 31 Agustus-7 September 2019, ditutup dengan pertunjukan Teater Waya ... baca

kliping | Inovatif, Sanggar Anak Semesta Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Wayang Edukatif

TrubusNews

Karmin Winarta | 20 Feb 2019  

Trubus.id -- Setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai ... baca

kliping | Rencana Kebijakan "Full Day School" akan Dibatalkan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan. (VOA — li ... baca

kabar | Setiap Tamu Adalah Siswa, Adalah Guru

Nova, Desi, Ina, Farid, Hamdani dan kawan-kawannya sore itu betapa girangnya. Kelas mereka di Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) , di Desa Sesela, Lombok Barat kedatangan se ... baca

kliping | “Roah Ampenan” Bukti Ampenan Masih Tetap Ampenan

kicknews.today Mataram – Sejak sekitar pukul 20.00 wita alunan suara music etnis kontemporer mulai menggema di kawasan Eks Pelabuhan Kota Tua Ampenan. Sek ... baca


Yayasan Pedalangan Wayang Sasak © 2016
sekolahwayang@gmail.com