SEKOLAH PEDALANGAN WAYANG SASAK | Agar Kita Tak Hilang Jejak

Karnaval Bulan Budaya Tampilkan Tradisi NTB yang Nyaris Punah

wayangsasak      09 Mei 2016 | kliping


Kompas.com - Beragam kesenian tradisional asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang nyaris punah turut  meramaikan "Bulan Budaya Lombok Sumbawa Carnaval". Acara ini digelar di sepanjang Jalan Pejanggik, Kota Mataram, Selasa (18/8/2015).

Acara pawai budaya ini menampilkan beragam kesenian tradisional yang saat ini mulai pudar di masyarakat Lombok di antaranya, tradisi Praja Besunat yaitu tradisi Suku Sasak mengarak anak yang akan dikhitan menggunakan tandu berbentuk kuda dan tradisi Wayang Sasak yang dibawakan oleh Sanggar Wayang Selaparang.

Selain itu, beberapa kesenian tradisional seperti Rimpu Tembe Goli dari Kabupaten Bima, Lu'u Daha dari Kabupaten Dompu, Badumpa dari Kabupaten Sumbawa Barat dan Kolondo Bunti dari Kota Bima ikut memeriahkan karnaval.

Muhaimi, salah satu peserta karnaval yang membawakan kesenian tadisional Wayang Sasak mengaku senang dengan adanya kegiatan karnaval budaya ini. Menurut Muhaimi, seni tradisi seperti Wayang Sasak perlu dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda agar tidak punah. "Harapan saya dengan adanya karnaval ini pemerintah bisa betul-betul mengangkat seni budaya asli NTB," katanya.

Muhaimi melanjutkan, pihaknya telah mencoba melestarikan salah satu budaya Sasak Lombok yang hampir punah ini melalui Sekolah Pedalangan Wayang Sasak yang didirikan di Sesela, Lombok Barat. Melalui sekolah ini, Muhaimi mengajak pemuda kampung dan desa di sana untuk belajar menjadi dalang.

M Arsyad Nur Kholis, salah satu murid sekolah pedalangan mengatakan, wayang sasak dan beberapa seni tradisi yang saat ini mulai redup perlu dijaga kelestariannya sebagai tradisi nenek moyang. "Seni wayang sasak harus dijaga sebagai identitas lokal yang harus dijaga kelestariannya dan harus diketahui generasi muda kita. Salah satunya melalui sekolah pedalangan ini kita berusaha melestarikan kearifan lokal yang ada di pulau ini," kata Kholis.

(Karnia Septia/kompas.com)

Share to:

Twitter Facebook Google+ Stumbleupon LinkedIn
kliping | Pergelaran Karya Budaya Menumbuhkan Akar Kebudayaan dalam Diri

Di Negeri Hagia yang terkenal subur dan kaya raya, hiduplah dua kelompok penduduk, yakni kelompok merah dan kelompok hitam. Mereka hidup berdampingan rukun dan damai. Na ... baca

kliping | Teater Wayang Botol dan Pesan untuk Bersama-sama Menjaga Bumi

Simposium keenam Jaringan Taman Bumi Asia Pasifik (APGN) 2019 yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat 31 Agustus-7 September 2019, ditutup dengan pertunjukan Teater Waya ... baca

kliping | Inovatif, Sanggar Anak Semesta Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Wayang Edukatif

TrubusNews

Karmin Winarta | 20 Feb 2019  

Trubus.id -- Setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai ... baca

kliping | Rencana Kebijakan "Full Day School" akan Dibatalkan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan. (VOA — li ... baca

kabar | Setiap Tamu Adalah Siswa, Adalah Guru

Nova, Desi, Ina, Farid, Hamdani dan kawan-kawannya sore itu betapa girangnya. Kelas mereka di Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) , di Desa Sesela, Lombok Barat kedatangan se ... baca

kliping | “Roah Ampenan” Bukti Ampenan Masih Tetap Ampenan

kicknews.today Mataram – Sejak sekitar pukul 20.00 wita alunan suara music etnis kontemporer mulai menggema di kawasan Eks Pelabuhan Kota Tua Ampenan. Sek ... baca


Yayasan Pedalangan Wayang Sasak © 2016
sekolahwayang@gmail.com