SEKOLAH PEDALANGAN WAYANG SASAK | Agar Kita Tak Hilang Jejak

Labuhan Carik, Petilasan Pertama Wayang Sasak di Lombok

wayangsasak      15 Juli 2016 | kabar


Tak pernah terbayang sebelumnya, para siswa Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) mendapat kejutan-kejutan dalam perjalanan belajar mereka. Setelah merayakan ulang tahun pertama SPWS--29 Mei lalu—dengan mengunjungi sejumlah dalang sepuh di Lombok, Kamis malam (14/7) para siswa SPWS diberi kesempatan pentas di Pantai Labuhan Carik, Bayan, Lombok Utara yang konon merupakan petilasan pertama Wayang Sasak di Lombok.
Cerita tentang Labuhan Carik dengan sejarahnya yang sangat kuat akan keberadaan Wayang Sasak di Lombok, dilontarkan Kepala SPWS, Muhaimi, dalam kendaraan yang mengangkut kru SPWS menuju Bayan. ‘Saya juga baru tahu dari Lalu Nasib (Dalang senior di Lombok – red), kalau Labuhan Carik itu, tempat pementasan pertama wayang di Lombok.” Tutur Muhaimi.
Upaya mencari rujukan yang memperkuat informasi Labuhan Carik sebagai petilasan pertama pementasan Wayang Sasak di Lombok, masih belum membuahkan hasil. Hingga tulisan ini terpublis, mesin pencari google belum memberikan informasi yang diharapkan. Satu-satunya  informasi yang bisa menguatkan argumen itu adalah tulisan di beberapa  lamam bahwa Labuhan Carik, di Bayan Lombok Utara adalah pintu masuk penyebaran Islam di Pulau Lombok abad XVI. Nah, informasi ini menguatkan data sejarah bahwa salah satu media penyebaran Islam di Lombok oleh para wali adalah wayang, Wayang Sasak yang memainkan serat menak.
Untuk urusan sejarah Labuhan Carik sebagai petilasan pertama pementasan Wayang Sasak di Lombok, sepertinya harus ditelusuri lebih lanjut. Jikalau informasi itu benar adanya maka pementasan Wayang Sasak Interaktif yang dimainkan para siswa SPWS, atas undangan Somasi NTB untuk Gawe Festival Adat Bayan malam itu, benar-benar sebuah berkah tersendiri bagi mereka yang hadir. Setidaknya  momen pertunjukan Wayang Sasak malam itu bisa jadi momentum sejarah bangkitnya kembali Wayang Sasak di Bumi Lombok. Wayang Sasak yang bisa menjadi suluh dan dicintai oleh publiknya. (tim)

 

Share to:

Twitter Facebook Google+ Stumbleupon LinkedIn
kliping | Pergelaran Karya Budaya Menumbuhkan Akar Kebudayaan dalam Diri

Di Negeri Hagia yang terkenal subur dan kaya raya, hiduplah dua kelompok penduduk, yakni kelompok merah dan kelompok hitam. Mereka hidup berdampingan rukun dan damai. Na ... baca

kliping | Teater Wayang Botol dan Pesan untuk Bersama-sama Menjaga Bumi

Simposium keenam Jaringan Taman Bumi Asia Pasifik (APGN) 2019 yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat 31 Agustus-7 September 2019, ditutup dengan pertunjukan Teater Waya ... baca

kliping | Inovatif, Sanggar Anak Semesta Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Wayang Edukatif

TrubusNews

Karmin Winarta | 20 Feb 2019  

Trubus.id -- Setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai ... baca

kliping | Rencana Kebijakan "Full Day School" akan Dibatalkan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan membatalkan rencana kebijakan perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah. Pembatalan ini disambut baik berbagai kalangan. (VOA — li ... baca

kabar | Setiap Tamu Adalah Siswa, Adalah Guru

Nova, Desi, Ina, Farid, Hamdani dan kawan-kawannya sore itu betapa girangnya. Kelas mereka di Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) , di Desa Sesela, Lombok Barat kedatangan se ... baca

kliping | “Roah Ampenan” Bukti Ampenan Masih Tetap Ampenan

kicknews.today Mataram – Sejak sekitar pukul 20.00 wita alunan suara music etnis kontemporer mulai menggema di kawasan Eks Pelabuhan Kota Tua Ampenan. Sek ... baca


Yayasan Pedalangan Wayang Sasak © 2016
sekolahwayang@gmail.com